by : Agus Suryono
Begini awalnya, berawal dari tugas
artikel yang diberikan bapak dosen, saya jadi tertarik untuk sedikit menuangkan
isi pikiran di blog,(hehe....).. Sebenarnya banyak yang pengen tak tulis tapi
kadang ilang, maklum beginilah kalo menjadi korban penjual makanan yang tertalu
banyak mencampur bumbu masak pada makanan...(jane asline ke gni... :D)
Setau saya cuma ada dua macam
gempa, tektonik ma vulkanik. Vulkanik karena adanya gunung berapi dan tektonik
karena pergerakan lempeng bumi,,(gitu,,,,). Jadi yang rumahnya jauh dari gunung
jangan ayem dulu, karena sebagian wilayah indonesia dilewati jalur X (maksudnya
jalur pergeseran lempeng tektonik yang berkemungkinan besar mengakibatkan
gempa).
Sebagai manusia yang dilahirkan
sempurnya kita tak hanya paserah gitu aja ne da gempa, kita dituntut wajib
berpikir,,,,how to solve this problem...(think.....mikir...zZzZzz)...AHA...!!!
Ternyata di ilmu yang sedang saya
geluti kali ini juga mbahas bagaimana mengantisipiasi datangnya gempa, tentunya
ditinjau dari konstruksi rumah (bisa.a cuma itu,haha....). Ternyata itu da
hubungannya sama pelajaran SMA dulu, ya ga jauh2 dari ilmunya mbah einstein
yaitu fisika dengan sedikit bumbu dari bahan2 bangunan.
Critanya kalo gempa itu menyebabkan
gaya yang diterima penyangga beban rumah seperti sambungan antara balok (benda yang menyambungkan kolom, disebut
balok karena bentuknya kotak dan memanjang sesuai panjang ruangan) dan
kolom (terusan dari pondasi yang
menjulang tinggi ke atas dan berfungsi untuk meneruskan dari beban atap ke
pondasi) menjadi secara vertikal dan
horisontal. Biasanya jika tidak ada gempa, beban yang ditanggung oleh balok dan
kolom cuma dari atas saja (dari atap). Wah kan sudah tau masalah pokoknya, yaitu
mudah patahnya sambungan antara balok dan kolom yang menjadi tulang punggung
penahan beban rumah, berarti solusinya juga musti dicari. Let’s.....
Begini solusinya..(setelah membaca
buku yang perlu 3x penerjemahan, dari Inggris-Indonesia-bahasa untuk amateur, :D).
Ternyata di Indonesia sudah ada bangunan yang tahan gempa, yaitu di daerah NTT,
NTB, dan N lainnya(Njepang maksude,he..).
(ehem-ehem,,,sedikit ilmiah
nih..hi3x..) Biasanya sambungan antara balok dan kolom itu dibuat kaku agar
beban dari atas dapat ditempa dengan biaya seminimal mungkin dengan prakiraan
umur bangunan yang panjang juga tentunya (“kalo
mau ambil keuntungan dari proses pembangunan, usahakan jangan dari konstruksi,
selain melanggar kode etik Insinyur juga nanti akan mempengaruhi harga jual kita
di pasaran” said dosen gambar bangunan), namun bila kita memprediksikan
gaya yang nantinya datang secara vertikal dan horisontal berarti kita harus membuat
campuran dan konstruksinya itu elastis seperti sambungan kayu. Riset
membuktikan bahwa(cie.,,,,haha mandan keren) “sambungan antara kayu dengan kayu
lebih tahan gempa karena sambungannya mampu mengikuti alur getaran gempa, namun
sambungan dari kolom dan balok yang notabene terbuat dari beton bertulang lebih
mudah retak dan rapuh bila ditekan dari segala arah (vertikal dan
horisontal),,,nah jadi kita tahu mengapa di papua atau di NTT dan NTB itu
kebanyakan rumahnya terbuat dari kayu(selain murah juga sih,he..).
Sebenarnya sudah ada bangunan yang
lebih modern, namun belum banyak digunakan di Indonesia, mungkin karena
sosialisasinya yang kurang, tapi saya janji akan membahasnya lain waktu bila
saya sudah bisa dan mampu menerjemahkan ke bahasa yang lebih mudah
dipahami..(amin...^^)
Memang Allah SWT menciptakan alam
semesta ini secara sempurna, bila ada suatu masalah pasti ada jalan menuju
solusi, dengan bekal segumpal daging di otak ini, kita dituntut untuk terus
berpikir menyeimbangkan dunia yang sungguh banyak nikmat bila kita
menyadarinya. Bila ada orang yang jahat kita jadi orang baik, bila ada orang
baik kita jadi orang bijak, bila ada orang bijak kita jadi orang yang terus
bertaqwa, karena hanya ketaqwaan seorang hamba yang Allah lihat saat kita di
dunia ini. Let’s be a good goverment
with follow our system in this country.
0 komentar:
Posting Komentar