Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Perencanaan Pariwisata Yang Berwawasan Lingkungan Dalam Pembangunan Yang Berkelanjutan




Perencanaan pariwisata ini diharapkan agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui pemanfaatan yang lestari dari kondisi lingkungan yaitu potensi kawasan yang berupa, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa serta peninggalan budaya yang berada didalam dan disekitar kawasan tersebut. Dan perencanaan sendiri berarti menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Robinson Tarigan 2005).
Sesuai dengan peraturan perundangan yang ada saat ini, pengembangan pariwisata alam tertuang dalam program-program pengembangan dikawasan hutan dan tidak terlepas dari tujuan pembangunan sub sektor Kehutanan yang meliputi konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesejahteraan spiritual dan material (Soemarsono 1996).
Konsep untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan mempunyai banyak cabang, yang terlacak dicabang yang bagus dan analysis terbaru pada genesis tersebut (Josef Leitman 1995).
Kondisi perkembangan pariwisata juga perlu mendapat perhatian dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rekreasi saat ini mulai menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk mengantisipasi dampak yang timbul maka diperlukan pembenahan-pembenahan disegala bidang.
Perkembangan pariwisata berkembang secara pesat khususnya dalam skala yang lebih luas. Dan telah membawa dampak positif dan negatif. Demikian pula wisata kota sudah jauh lebih terorganisir secara tertib dan efektif.
Masalah perencanaan yang layak bagi pembangunan pariwisata saat ini memiliki mantra yang bersifat nasional dan internasional. Pada tingkat nasional, banyak Negara didunia ini telah mengenali pariwisata sebagai komponen utama untuk melanjutkan pembangunan ekonomi Negara dan mereka mencari jalan untuk meningkatkan keuntungan yang tampaknya dapat diharapkan dari pariwisata. Pada tingkat internasional, aliran wisatawan antar Negara merupakan bagian terbesar dari kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata sangat bergantung kepada daya tarik sumber daya alamnya yang unik. Wisatawan datang untuk melihat dan menikmati pantai dan taman nasional dan hutan serta daerah lainnya yang relatif belum tercemar. Namun demikian, dibanyak tempat sumber daya alam tersebut terancam oleh wisatawan yang jumlahnya sangat besar. Beberapa tempat bahkan “dicintai sampai mati” (Myra P. Gunawan 1997).
Pada awal masa merdeka, “pariwisata” atau “turisme” diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan kegiatan politik, pertemuan antara pemerintah Belanda dengan pemerintah Indonesia atau diantara pemimpin bangsa Indonesia atau sebagai kegiatan santai dan bersenang-senang yang bergengsi dan sangat sedikit orang yang mampu melakukannya (Myra P. Gunawan)
Pembangunan yang berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa kompromi oleh kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (WCED 1987).
A.    Dampak Lingkungan
Banyak orang berpendapat bahwa industri pariwisata dengan sendirinya akan dilaksanakan dengan cara yang akrab lingkungan terhadap alam. Pendapat ini didasari pengandaian bahwa daya tarik wisata, antara lain menyangkut lingkungan yang bersih dan sehat sebagai persyaratan utama yang hampir menjadi kebutuhan yang sifatnya mutlak. Istilah “bersih dan sehat” harus dipahami, tidak saja terbatas dalam pengertiannya sebagai istilah biogeofisika, tetapi sebagai nalar sehat dan tujuan yang bersih dari pengelola kegiatan wisata didalam daerah pembangunan pariwisata (R. E. Soeriaatmadja 1997).
Dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam selama pembangunan industri pariwisata, lingkngan hidup pasti berubah sebagai akibat sampingan dan dengan cara yang tidak direncanakan. Berbagai jenis perubahan lingkungan tersebut dapat terjadi dan timbul sebagai kejutan dalam bentuk dampak biogeografi yang berubah menjadi dampak lingkungan terhadap komunitas hayati dan masyarakat manusia. Jelas bahwa pengelolaan lingkungan dalam pembangunan pariwisata harus berupaya memasukkan dampak kegiatan yang positif terhadap lingkungan kedalam pembangunan pariwisata sebagai nilai tambah yang nyata. Namun demikian, perhatian juga harus secara khusus diberikan bagi upaya mencegah dan/ atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dapat berpengaruh buruk terhadap pembangunan pariwisata dalam jelajah luas berbagaia akibat yang saling mempengaruhi, termasuk dampak sosial terhadap perilaku, sikap dan persepsi pengunjung terhapap kualitas lingkungan  beberapa objek (R. E. Soeriaatmadja 1997).
Karakteristik dan pandangan yang berbeda dalam meramalkan dampak lingkungan
Dampak lingkungan
Karakteristik biogeofisika
Sosial-ekonomi/ budaya
Minat utama
Bahan; benda dan sumber daya alam
Penduduk, masyarakat, orang, populasi
Pokok perhatian
Fakta ilmiah, pendapat pakar
Art budaya, tanggapan sosial, persepsi masyarakat
Status informasi
Objektif, belajar dari alam
Ingatan yang luar biasa, dialog dengan orang dan masyarakat
Kerangka waktu
Memahami masa kini untuk masa depan yang lebih baik
Belajar dari masa lalu ntuk perbaikan masa kini
Dasar falsafah
Berlaku umum, global dan bermoral dengan sumber daya alam; faktor penentu
Lokal, etika kehidupan, beremosi, sistem nilai budaya sebagai faktor penentu
Secara strategik pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat diwaspadai dampaknya dengan memasukkan rencana manajemen dan pemantauan secara terpadu kemudian dalam tahap perancangan.
Potensi dampak pembangunan terhadap lingkungan sosial (R. E. Soeriaatmadja 1997)
1.      Potensi Dampak Positif terhadap Lingkungan Social
a.   Pertukaran dan pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pengayaan sosial budaya
b.   Pilihan dan perubahan yang cerdas didalam kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya wisatawan maupun masyarakat tuan rumahnya sendiri
c.   Pengembangan citra sosial
d.   Pengenalan terhadap perilaku dan kegiatan sosial-ekonomi dan sosial budaya Negara tuan rumah
e.  Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Negara tuan rumah
f.   Perbaikan prasarana sosial dan hiburan dinegara tuan rumah
2.      Potensi Dampak Negatif terhadap Lingkungan Sosial
a.    Penurunan dan perusakan budaya tuan rumah
b.    Risiko terhadap kemantapan sosial
c.    Konsumerisme
d.    Hukum, keamanan dan ketertiban
e.    Hubungan sosial dan pilihannya
f.     Kesehatan
g.     Perubahan arti
h.     Dampak politik

Dampak Lingkungan: fisik (Melville C. Branch1995)
a.       Kimiawi, biologis, partikel, kelembaban
b.      Api, gempa, radiasi, ledakan
c.       Elektromagnetik
d.      Bunyi getaran
e.       Dll

Dampak Lingkungan: social, ekonomi, politik, lain-lain
a.       pelayanan pendidikan
b.      pelayanan social
c.       jumlah penduduk
d.      budaya
e.       dll

Lingkungan alam dapat digambarkan mencakup udara, tanah, cahaya matahari, iklim, flora dan fauna. Lingkungan binaan mencakup perkotaan, prasarana, ruang terbuka dan unsur  bentang kota. Lingkungan budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan, moral, seni, hukum, dan sejarah masyarakat. Lingkungan budaya juga dapat ditinjau dari dua tingkat yang berbeda, yaitu budaya tingkat “tinggi” seperti teater, gamelan, tarian istana dan sebagai budaya “rakyat” atau  budaya populer yang  dapat mencakup kesenian rakyat serta keenian populer, kontemporer, dan ungkapan budaya bangsa. Tipologi ini akan dimanfaatkan untuk menilai dampak potensial kegiatan pariwisata, meskipun hanya kerangka awal belum berkembang (Green & Hunter 1993).

B.     Pengembangan  Pariwisata Alam yang Berwawasan Lingkungan
Pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam tersebut adalah sesuai dengan amanat GBHN 1993. Pembangunan kepariwisataan pada pembangunan jangka pannjang II sekarag ini akan lebih diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam Indonesia yang beraneka ragam. Pengembangan wisata alam selain dapat meningkatkan devisa bagi Negara juga memberikan lapangan kerja baru dan memberikan penghasilan tambahan (insentif) bagi masyarakat disekitar lokasi objek wisata tersebut. Pada umumnya golongan masyarakat ini adalah masyarakat yang mempunyai penghasilan rendah karena terbatasnya sarana dan prasarana serta jenis pekerjaan yang dilakukan  (nana supriana 1997)
Kegiatan pariwisata menimbulkan dampak negative, baik terhadap objek wisata alam maupun lingkungan social budaya sekitar. Dampak negative terhadap alam biasanya terjadi karena perencanaan pengelolaan objek wisata alam yang kurang baik, misalnya perencanan yang tidak memperhatikan daya dukung liungkungan dan kurangnya kesadaran serta pendidikan masyarakat dan wisatawan terhadap kelestaraian lingkungan.
Dalam pengembangan pareiwisata alam, factor lingkungan hidup merupakan sumber daya utama yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menarik wisatawan, yang dalam pemanfaatannya dituntut untuk  meningkatkian kesejahteraan masyarakat sekitar objek wisata alam. Dengan demikian, factor lingkungan hidup bagi objek dan daya tarik wisata pada sumber daya alam hutan merupakan salah satu modal utama dalam pengembangan  pariwisata alam. Lebih jauh lagi pariwisata dapat dikatakan bahwa produk pariwisata alam bukanlah hanya dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh industry pariwistaa tetapi juga suatu lingkungan alami yang menyeluruh. Oleh karena itu tidak berlebihan juga kalau dikatakan bahwa pengemnamhan pariwisata alam dikawasan pelestarianalam, kawasan suaka alam dan kawasan hutan lain diharapkan akan mampu menjadi alternative bagi keberhasilan pembangunan nasional (nana supriatna 1997).
Penyelenggaraan pengusahaan pariwiasata alam dilaksanakan dengan memperhatikan:
1.   Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
2.  Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi social budaya
3.  Nilai-nilai agama, adat istiadat seta pandangan dan nilali nilai yang hidup dalam masyarakat
4.    Kelestarian budaya dan mutu lngkngan
5.    Keamanan dan ketertiban masyarakat
Pengaturan pengusahaan pariwisata berdasar kepada pembangunan dan pengemnbangan yang berwawasan lingkungan atau ramah terhadap lingkungan dengan ketentuan bahwa pemanfaatan hanya terbatas pada zona pemanfaatan di dalam taman nasional atau blok pemanfaatan tamana wisata alam dan tahura serta pemanfaatan terbatas pada kawasan konservasi lainnya. Pengembangan wisata  alam sebaiknya perlu mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan alam, binaan dan social baik dari segi potensial yang dap[at dimanfaatkan, maupun dari segi keterbatasan –keterbatasan aspek daya dukung lingkungan alam serta binaan tersebut. Proses ini merupakan suatu usaha dalam merealisasikan konsep pengembangan pariwisata alam yang berwawasan lingkungan  sebagai suatu bahan pemikiran dalam menyerasikan pembangunan pariwisata dengan konservasi sumber daya alam yang akan semakin kompleks dimasa yang akandatang.
C.     Kebijakan dan Strategi
Pengembangan pariwisata alam merupakan bagian dari pemanfaatan jasa pengembangan sumber daya  alam dan pembangunan nasional pada umumnya. Oleh karena itu, penyelenggaraannya harus mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian dalam arti luas merangsang pembangunan disektor-seor lainnya. Disamping itu, pengembangan pariwisata alam harus mampu menciptakan landasan kerja yang kokoh, pengerahan  yang tepat menuju sasaran  dan mengembangkan kesempatan secara merata bagi kepentingan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan, mendapat kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, serta menunjang meningkatnya pendapatan devisa Negara.
Dalam menghadapi perkembangan pada era pembangunan jangka panjang kedua yang dicirikan oleh keadaan, tingkat pendapatan masyarakat yang lebih baik, berkembangnya struktur perekonomian didaerah-daerah perkotaan dan semakin terbatasmnya lahan terbuka alami serta kepadatan penduduk yang tinggi, menyebabkan permintaan akan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh ekosistem hutan, khususnya jasa rekreasi yang menjadi kenyamanan, kebugraan dan kesehatan, akan semakin meningkat.
Peningkatan upaya pelestarian objek dan daya tark wisata alam berupa kawasan hutan beserta kekayaan hayati dan keindahan alamnya dan pemanfaatan yang optimal bagi kepentingan berbagai pihak dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat serta diprlukan suatu strategi dan program peengembangan  objek dan daya tarik wisata alam.
Berkembangnya objek wisata alam dikelola dengan baik akan mampu meningkatkan kontribusi pembangunan sub sector hutan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan secara multi guna  berdasarkan prinsip  kelestarian, bagi kesejahteraan masyarakat material dan spirual melalui penyediaan jasa rekreasi dan pengusahaan objek daya tarik wisata alam.
1.      Kawasan Pelestarian Alam sebagai Objek Daya Tarik Wisata Alam
Kawasan pelestarian alam adalaah kawasan dengan cirri khusus tertentu baik didarat maupun dioerairan yang mempunyai fungsi perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Potensi yang dimiliki kawasan hutan;
a.       Keanekaragamn jenis flora
b.      Keanekaragaman jenis fauna
c.       Keanekaragaman jenis biota laut
d.      Keindahan bentang alam, gejala dan fenomena alam
e.       Peninggalan sejarah dan peninggalan sejarah
2.      Strategi Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam
Pengembangan potensi objek daya tarik wisata alam dikawasan hutan untuk menunjang tujuan pembangunan nasional khusus pengembangan  pariwisata lam melalui peningkatan pendapatan devisa sebagai bagai bagaian kontribusi pembangunan mencakup aspek aspek
a.       Aspek perencanaan pembangunan
b.      Aspek kelembagaan
c.       Aspek sarana prasaran, infrastruktur
d.      Aspek pengusaha pariwisata alam
e.       Aspek promosi dan pemasaran
f.       Aspek pengelolaan kawasan
g.      Aspek sosial budaya dan social ekonomi
h.      Aspek penelitian pengembangan
i.        Aspek pendaan
3.      Program Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam di Kawasan Hutan
Untuk mewudkan pembangunan kehutanan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan objek daya tarik wisata alam dikawasan hutan, kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan melipui kegiatan kegiatan:
a.       Inventarisasi potensi, pengembangan dan pemanfaatan objek dan daya tarik wisata alam (ODTWA)
b.      Evaluasi dan penyempurnaan kelembagaan pengelolaan ODTWA
c.       Pengembangan dan pemanfaatan system pengelolaan ODTWA
d.      Pengembangan sitem perencanaan ODTWA
e.       Penelitian dan pengembangan manfaat ODTWA
f.       Pengembangan sraana dan prasaraana dan infrastruktur ODTWA
g.      Perencanaan dan penataan ODTWA
h.      Pengembangan pengusahaan pariwisata alam
i.        Pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan latihan bagi pengelolaan dan kepariwisataan

D.    Peluang Ekonomi dalam Pengembangna Pariwisata Alam
Pengembangan industry pariwisata telah dimulai sejak terbitnya keputusan presiden no 15 tahun 1983 tentang kebijaksanaan pervisaan, keijakan peningkatan ketrampilan dam pelayanan wisata. Kebijaksanaan ini diikuti oleh paket kebijaksanaan lainnya baik langsung maupun tidak langsung memberikan dampak terhadap terhadap usaha pengembangan industry pariwisata dari segi ekonomi, pariwisata alam menciptakan lapangan pekerjaan di daerah-daerah terpencil.
Dibandingkan dengan pariwisata tradisional , pariwisata alam relative membutuhkan investasi yanglebih besar untuk pembangunan sarana dan prasarana oleh sector pemerintah. Untuk itu diperlukan suatu evaluasi yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam. Banyak pendapat bahwa pariwisata alam dalam bentuk ektorisme belum berhasil sebagai alat dalam upaya konservasi maupun dalam mengembangkan perekonomian.
a.       Pendapatan dan Permintaan
Pengelolaan kawasan wisata alam banyak menggunakan pendapatan dari pariwisata sebagai emekanisme pengembanlian biaya pengelolaan pengunjung dan pelestarian alam atau program pengembangan masyarakat , namun secara umum pendapatan hasil kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal.
Kajian tentang tingkat pemulihan biaya perlu dipertimbangkan untuk mengetahui biaya yng dapat menutupi biaya investasi pengembangan pariwisata alam, pengeluaran investasi pembangunan pariwisata alam dan operasionalnya  dan juga harus menutupi biaya tidak langsung akibat dampak negative kegiatan terhadap masyarakat (social cost), yang mana biaya tersebut sulit dikuantitas.
b.      Kesempatan Kerja dan Usaha Bagi Masyarakat
Dengan terbukanya berbagai kesempatan usaha tersebut diharapka terjadinya interaksi posiif antara masyarakat dan objek wisata alam, selanjutnya akan menimbulkan rasa ikut memiliki dan pada gilirannya akan terwujud dalam bentuk pertisipasi langsung maupun tak langsung dalam kegiatan pariwisata misalnya pengamanan kawasan, ketertiban dan kebersihan kawasan, penyediaan sarana termasuk kebuthan akomodasi (homestay).
c.       Pengusaha Pariwisata Alam
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatan devisa Negara, peluang pengembangan pariwisata alam masih diperlukan peningkatan pelayanan dan diverifikasi usaha yang menghasilakan nilai tambah baik dari segi mutu penikmat objek maupun pelayanan, sehingga dapat memenuhi permintaan jasa wisata alam baik dari dalam negeri maupun luar negri.
d.      Penerimaan Negara
Kegiatan pariwisata alam secara rospektif cukup potensial memberikan andil dalam penerimaan Negara bai langsung maupun tak langsung melalui pengeluaran wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
E.     Kesimpulan
Pengembangan pariwisata seharusnya selain berpihak kepada wisatawan tetapi juga berpihak kepada masyarakat tuan rumah. Hubungan antara wisatawan dengan masyarakat tuan rumah juga tidak hanya enuntut kesadarwisatawan tetapi juga merupakan kode etik wisatawan. Untuk mencapai sasaran yang tinggi hendaknya tiedak menghalalkan segala cara dan mengeksploitasi sumber daya wisata. Masyarakat tuan rumah menjadi sangat terancam karena kepemilikan lahan telah berpindah tahanan dan kepemilikan lahan tersebut merupakan acard yaitu modal dan kekuasaan.
Hendaknya pihak-pihak yang berpeluang dan berkepentingan menyadari bahwa tidak semua masyarakat tertarik dan berminat untuk mengembangkan pariwisata. Sikap dan keterlibatan masyarakat merupakan kunci keberhasilan perkembangan pariwisata. Seharusnya pengikutsertaan masyarakat dalam pengembangannya dilakukan sejak dini, karena jika tanpa daya dukung walaupun jumlahna wisatawan yang besar justru akan menimbulkan biaya lingkungan. Kepada pihak yang berkepentingan dan berpeluang seharusnya memperhatikan dampak-dampak positif dan khususnya dampak negative bagi lingkungan disekitar wisata alam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar