Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pemanfaatan Saluran Irigasi Sebagai Pembangkit Listrik Mikrohidro Dengan Sistem Rumah Siput.


Aza Nur Fauzi, Agus Suryono, Juwita Ayu Indah Pratiwi
Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis Universitas Sebelas Maret.
Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Mamok Suprapto, MEng.

Kebutuhan energi listrik semakin meningkat seiring bertambahnya populasi manusia dan berkembangnya zaman yang semakin maju. Banyak tempat terpencil di Indonesia yang belum bisa merasakan manfaat listrik. Konsep mikrohidro yang dikembangkan kebanyakan memanfaatkan air terjun sebagai sumber tenaga pembangkit listrik, dengan demikian, konsep ini sulit diterapkan pada daerah dataran rendah. Faktanya, Indonesia memiliki banyak saluran irigasi pada daerah dataran rendah yang sampai saat ini hanya digunakan untuk mengairi areal persawahan. Diantara saluran tersebut ada aliran yang dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi. Energi ini secara teoritis dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin yang dapat menghasilkan tenaga listrik mikrohidro.
Air merupakan sumber energi yang terbarukan. Beragam pemanfaatan air dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan pertanian khususnya sawah melalui sistem irigasi. Aliran irigasi, khususnya pada lokasi bangunan terjun dapat diubah sedemikian rupa sehingga memiliki kecepatan aliran yang mampu mendorong sudu turbin sehingga turbin bisa berputar. Perubahan kecepatan rendah menjadi kecepatan tinggi dilakukan secara berangsur-angsur melalui saluran berbentuk rumah siput yang berakhir pada curat dengan diamater tertentu. Skenario kombinasi debit, tinggi terjunan dan diameter curat dilakukan untuk menunjang konsep mikrohidro yang diajukan dalam tulisan ini.


Hasil perhitungan menunjukkan bahwa aliran irigasi pada bangunan terjun mampu menggerakan turbin dengan beragam daya. Konsep ini bersifat ramah lingkungan, tidak mengganggu kepentingan irigasi, dan menggunakan energi yang terbaharukan. Ramah lingkungan karena hanya menggunakan air irigasi dan tidak mengganggu kepentingan irigasi sebab tidak mengurangi kuantitas air. Energi terbaharukan karena air merupakan zat cair yang keberadaannya melalui daur hidrologi. Namun konsep ini perlu diwujudkan dalam bentuk fisik dan diuji coba untuk mendapatkan daya listrik mikrohidro lebih nyata.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Garbage Power Station: Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Sebagai Alternatif Pemanfaatan dan Pengurangan Populasi Sampah DI Perkotaan.


by: Agus Suryono

Pola pengelolaan sampah sampai saat ini masih menganut paradigma lama dimana sampah masih dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna dan tak bernilai ekonomis. Masyarakat sebagai sumber sampah tak pernah menyadari bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah yang dihasilkan menjadi tanggung jawab dirinya sendiri.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, karena setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Sehari setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah.
Sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang adalah sampah-sampah yang di buang ke tempat sampah. Walaupun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri, tetapi sampah selalu menjadi bahan pemikiran manusia.
PENANGGULANGAN SAMPAH
Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian dalam menanggulangi sampah misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R (WALHI, 2004) yaitu:
1.      Reduce (Mengurangi);
Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2.      Reuse (Memakai kembali);
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

3.      Recycle (Mendaur ulang);
Sebisa mungkin barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang.  Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4.      Replace ( Mengganti);
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih   ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
PENGOLAHAN SAMPAH
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup  60-70% dari total volume sampah. Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat, di buang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur.
Seharusnya  sebelum sampah dibuang dilakukan pengelompokkan sampah berdasarkan jenis dan wujudnya sehingga mudah untuk didaur ulang dan dimanfaatkan (sampah basah, sampah kering yang dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng aluminium, dan kertas). Untuk tiap bahan disediakan bak sampah tersendiri, ada bak sampah plastik, bak gelas, bak logam, dan bak untuk kertas. Pemilahan sampah itu dimulai dari tingkat RT (Rumah tangga), pasar dan apartemen. Bila kesulitan dalam memilih sampah tersebut minimal sampah dipisahkan antara sampah basah (mudah membusuk) dan sampah kering (plastik, kaleng, dan lain-lain)
Pemerintah sendiri menyediakan mobil-mobil pengumpul sampah yang sudah terpilah sesuai dengan pengelompokannya. Pemerintah bertanggung jawab mengorganisasi pengumpulan sampah itu untuk diserahkan ke pabrik pendaur ulang. Sisa sampahnya bisa diolah dengan cara penumpukan (dibiarkan membusuk), pengkomposan (dibuat pupuk), pembakaran. Dari ketiga cara pengelolaan sampah basah yang biasa dilakukan dibutuhkan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang cukup luas. Selain itu efek yang kurang baikpun sering terjadi seperti pencemaran lingkungan, sumber bibit penyakit ataupun terjadinya longsor.
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)
Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang akan dilakukan di Indonesia, salah satunya oleh Pemerintah Kota Bandung yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Waste to Energy) atau yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
Konsep pengolahan sampah menjadi energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :
1.    Pemilahan sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
2.    Pembakaran sampah
Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.
3.    Pemanfaatan panas
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.


4.    Pemanfaatan abu sisa pembakaran
Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.
Dikota-kota besar di Eropa, Amerika, Jepang, Belanda, dll, waste energy sudah dilakukan sejak berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah.

PENCEMARAN OLEH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)
Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaran- pencemaran tersebut seperti :
1.      Dioxin
Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastik pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) (Shocib, Rosita, 2005).
PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari lingkungan.
2.      Residu
Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu bawah  (bottom ash)   dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007). 
PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.
3.      Bau
Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat umum.
Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar.
MANFAAT
Diperkirakan dari 500 - 700 ton sampah atau 2.000 - 3.000 m3 sampah per hari akan menghasilkan listrik dengan kekuatan 7 Megawatt. Dari pembakaran itu, selain menghasilkan energi listrik, juga memperkecil volume sampah kiriman. Jika telah dibakar dengan temperatur tinggi, sisa pembakaran akan menjadi abu dan arang dan volumenya 5% dari jumlah sampah sebelumnya. Abu sisa pembakaran pun bisa dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan batu bata.


DAFTAR PUSTAKA

2009. Pembangkit-Listrik-Tenaga-Sampah, (Online), (www.cengkunek.blogspot.com, diakses Senin, 7 Maret 2011, pukul 19.20 WIB)
2010. Pembangkit-Listrik-Tenaga-Sampah, (Online), (www.alpensteel.com, diakses Selasa, 8 Maret 2011, pukul 15.00 WIB)
2010. Pembangkit-Listrik-Tenaga-Sampah, (Online), (www.wikipedia.org, diakses Selasa, 8 Maret 2011, pukul 20.00 WIB)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Study with “Rumah Tahan Gempa”

by : Agus Suryono

Begini awalnya, berawal dari tugas artikel yang diberikan bapak dosen, saya jadi tertarik untuk sedikit menuangkan isi pikiran di blog,(hehe....).. Sebenarnya banyak yang pengen tak tulis tapi kadang ilang, maklum beginilah kalo menjadi korban penjual makanan yang tertalu banyak mencampur bumbu masak pada makanan...(jane asline ke gni... :D)
Setau saya cuma ada dua macam gempa, tektonik ma vulkanik. Vulkanik karena adanya gunung berapi dan tektonik karena pergerakan lempeng bumi,,(gitu,,,,). Jadi yang rumahnya jauh dari gunung jangan ayem dulu, karena sebagian wilayah indonesia dilewati jalur X (maksudnya jalur pergeseran lempeng tektonik yang berkemungkinan besar mengakibatkan gempa).
Sebagai manusia yang dilahirkan sempurnya kita tak hanya paserah gitu aja ne da gempa, kita dituntut wajib berpikir,,,,how to solve this problem...(think.....mikir...zZzZzz)...AHA...!!!
Ternyata di ilmu yang sedang saya geluti kali ini juga mbahas bagaimana mengantisipiasi datangnya gempa, tentunya ditinjau dari konstruksi rumah (bisa.a cuma itu,haha....). Ternyata itu da hubungannya sama pelajaran SMA dulu, ya ga jauh2 dari ilmunya mbah einstein yaitu fisika dengan sedikit bumbu dari bahan2 bangunan.
Critanya kalo gempa itu menyebabkan gaya yang diterima penyangga beban rumah seperti sambungan antara balok (benda yang menyambungkan kolom, disebut balok karena bentuknya kotak dan memanjang sesuai panjang ruangan) dan kolom (terusan dari pondasi yang menjulang tinggi ke atas dan berfungsi untuk meneruskan dari beban atap ke pondasi)  menjadi secara vertikal dan horisontal. Biasanya jika tidak ada gempa, beban yang ditanggung oleh balok dan kolom cuma dari atas saja (dari atap). Wah kan sudah tau masalah pokoknya, yaitu mudah patahnya sambungan antara balok dan kolom yang menjadi tulang punggung penahan beban rumah, berarti solusinya juga musti dicari. Let’s.....
Begini solusinya..(setelah membaca buku yang perlu 3x penerjemahan, dari Inggris-Indonesia-bahasa untuk amateur, :D). Ternyata di Indonesia sudah ada bangunan yang tahan gempa, yaitu di daerah NTT, NTB, dan N lainnya(Njepang maksude,he..).
(ehem-ehem,,,sedikit ilmiah nih..hi3x..) Biasanya sambungan antara balok dan kolom itu dibuat kaku agar beban dari atas dapat ditempa dengan biaya seminimal mungkin dengan prakiraan umur bangunan yang panjang juga tentunya (“kalo mau ambil keuntungan dari proses pembangunan, usahakan jangan dari konstruksi, selain melanggar kode etik Insinyur juga nanti akan mempengaruhi harga jual kita di pasaran” said dosen gambar bangunan), namun bila kita memprediksikan gaya yang nantinya datang secara vertikal dan horisontal berarti kita harus membuat campuran dan konstruksinya itu elastis seperti sambungan kayu. Riset membuktikan bahwa(cie.,,,,haha mandan keren) “sambungan antara kayu dengan kayu lebih tahan gempa karena sambungannya mampu mengikuti alur getaran gempa, namun sambungan dari kolom dan balok yang notabene terbuat dari beton bertulang lebih mudah retak dan rapuh bila ditekan dari segala arah (vertikal dan horisontal),,,nah jadi kita tahu mengapa di papua atau di NTT dan NTB itu kebanyakan rumahnya terbuat dari kayu(selain murah juga sih,he..).
Sebenarnya sudah ada bangunan yang lebih modern, namun belum banyak digunakan di Indonesia, mungkin karena sosialisasinya yang kurang, tapi saya janji akan membahasnya lain waktu bila saya sudah bisa dan mampu menerjemahkan ke bahasa yang lebih mudah dipahami..(amin...^^)
Memang Allah SWT menciptakan alam semesta ini secara sempurna, bila ada suatu masalah pasti ada jalan menuju solusi, dengan bekal segumpal daging di otak ini, kita dituntut untuk terus berpikir menyeimbangkan dunia yang sungguh banyak nikmat bila kita menyadarinya. Bila ada orang yang jahat kita jadi orang baik, bila ada orang baik kita jadi orang bijak, bila ada orang bijak kita jadi orang yang terus bertaqwa, karena hanya ketaqwaan seorang hamba yang Allah lihat saat kita di dunia ini. Let’s be a good goverment with follow our system in this country.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perencanaan Pariwisata Yang Berwawasan Lingkungan Dalam Pembangunan Yang Berkelanjutan




Perencanaan pariwisata ini diharapkan agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui pemanfaatan yang lestari dari kondisi lingkungan yaitu potensi kawasan yang berupa, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa serta peninggalan budaya yang berada didalam dan disekitar kawasan tersebut. Dan perencanaan sendiri berarti menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Robinson Tarigan 2005).
Sesuai dengan peraturan perundangan yang ada saat ini, pengembangan pariwisata alam tertuang dalam program-program pengembangan dikawasan hutan dan tidak terlepas dari tujuan pembangunan sub sektor Kehutanan yang meliputi konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kesejahteraan spiritual dan material (Soemarsono 1996).
Konsep untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan mempunyai banyak cabang, yang terlacak dicabang yang bagus dan analysis terbaru pada genesis tersebut (Josef Leitman 1995).
Kondisi perkembangan pariwisata juga perlu mendapat perhatian dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rekreasi saat ini mulai menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk mengantisipasi dampak yang timbul maka diperlukan pembenahan-pembenahan disegala bidang.
Perkembangan pariwisata berkembang secara pesat khususnya dalam skala yang lebih luas. Dan telah membawa dampak positif dan negatif. Demikian pula wisata kota sudah jauh lebih terorganisir secara tertib dan efektif.
Masalah perencanaan yang layak bagi pembangunan pariwisata saat ini memiliki mantra yang bersifat nasional dan internasional. Pada tingkat nasional, banyak Negara didunia ini telah mengenali pariwisata sebagai komponen utama untuk melanjutkan pembangunan ekonomi Negara dan mereka mencari jalan untuk meningkatkan keuntungan yang tampaknya dapat diharapkan dari pariwisata. Pada tingkat internasional, aliran wisatawan antar Negara merupakan bagian terbesar dari kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata sangat bergantung kepada daya tarik sumber daya alamnya yang unik. Wisatawan datang untuk melihat dan menikmati pantai dan taman nasional dan hutan serta daerah lainnya yang relatif belum tercemar. Namun demikian, dibanyak tempat sumber daya alam tersebut terancam oleh wisatawan yang jumlahnya sangat besar. Beberapa tempat bahkan “dicintai sampai mati” (Myra P. Gunawan 1997).
Pada awal masa merdeka, “pariwisata” atau “turisme” diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan kegiatan politik, pertemuan antara pemerintah Belanda dengan pemerintah Indonesia atau diantara pemimpin bangsa Indonesia atau sebagai kegiatan santai dan bersenang-senang yang bergengsi dan sangat sedikit orang yang mampu melakukannya (Myra P. Gunawan)
Pembangunan yang berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa kompromi oleh kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (WCED 1987).
A.    Dampak Lingkungan
Banyak orang berpendapat bahwa industri pariwisata dengan sendirinya akan dilaksanakan dengan cara yang akrab lingkungan terhadap alam. Pendapat ini didasari pengandaian bahwa daya tarik wisata, antara lain menyangkut lingkungan yang bersih dan sehat sebagai persyaratan utama yang hampir menjadi kebutuhan yang sifatnya mutlak. Istilah “bersih dan sehat” harus dipahami, tidak saja terbatas dalam pengertiannya sebagai istilah biogeofisika, tetapi sebagai nalar sehat dan tujuan yang bersih dari pengelola kegiatan wisata didalam daerah pembangunan pariwisata (R. E. Soeriaatmadja 1997).
Dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam selama pembangunan industri pariwisata, lingkngan hidup pasti berubah sebagai akibat sampingan dan dengan cara yang tidak direncanakan. Berbagai jenis perubahan lingkungan tersebut dapat terjadi dan timbul sebagai kejutan dalam bentuk dampak biogeografi yang berubah menjadi dampak lingkungan terhadap komunitas hayati dan masyarakat manusia. Jelas bahwa pengelolaan lingkungan dalam pembangunan pariwisata harus berupaya memasukkan dampak kegiatan yang positif terhadap lingkungan kedalam pembangunan pariwisata sebagai nilai tambah yang nyata. Namun demikian, perhatian juga harus secara khusus diberikan bagi upaya mencegah dan/ atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dapat berpengaruh buruk terhadap pembangunan pariwisata dalam jelajah luas berbagaia akibat yang saling mempengaruhi, termasuk dampak sosial terhadap perilaku, sikap dan persepsi pengunjung terhapap kualitas lingkungan  beberapa objek (R. E. Soeriaatmadja 1997).
Karakteristik dan pandangan yang berbeda dalam meramalkan dampak lingkungan
Dampak lingkungan
Karakteristik biogeofisika
Sosial-ekonomi/ budaya
Minat utama
Bahan; benda dan sumber daya alam
Penduduk, masyarakat, orang, populasi
Pokok perhatian
Fakta ilmiah, pendapat pakar
Art budaya, tanggapan sosial, persepsi masyarakat
Status informasi
Objektif, belajar dari alam
Ingatan yang luar biasa, dialog dengan orang dan masyarakat
Kerangka waktu
Memahami masa kini untuk masa depan yang lebih baik
Belajar dari masa lalu ntuk perbaikan masa kini
Dasar falsafah
Berlaku umum, global dan bermoral dengan sumber daya alam; faktor penentu
Lokal, etika kehidupan, beremosi, sistem nilai budaya sebagai faktor penentu
Secara strategik pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat diwaspadai dampaknya dengan memasukkan rencana manajemen dan pemantauan secara terpadu kemudian dalam tahap perancangan.
Potensi dampak pembangunan terhadap lingkungan sosial (R. E. Soeriaatmadja 1997)
1.      Potensi Dampak Positif terhadap Lingkungan Social
a.   Pertukaran dan pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pengayaan sosial budaya
b.   Pilihan dan perubahan yang cerdas didalam kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya wisatawan maupun masyarakat tuan rumahnya sendiri
c.   Pengembangan citra sosial
d.   Pengenalan terhadap perilaku dan kegiatan sosial-ekonomi dan sosial budaya Negara tuan rumah
e.  Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Negara tuan rumah
f.   Perbaikan prasarana sosial dan hiburan dinegara tuan rumah
2.      Potensi Dampak Negatif terhadap Lingkungan Sosial
a.    Penurunan dan perusakan budaya tuan rumah
b.    Risiko terhadap kemantapan sosial
c.    Konsumerisme
d.    Hukum, keamanan dan ketertiban
e.    Hubungan sosial dan pilihannya
f.     Kesehatan
g.     Perubahan arti
h.     Dampak politik

Dampak Lingkungan: fisik (Melville C. Branch1995)
a.       Kimiawi, biologis, partikel, kelembaban
b.      Api, gempa, radiasi, ledakan
c.       Elektromagnetik
d.      Bunyi getaran
e.       Dll

Dampak Lingkungan: social, ekonomi, politik, lain-lain
a.       pelayanan pendidikan
b.      pelayanan social
c.       jumlah penduduk
d.      budaya
e.       dll

Lingkungan alam dapat digambarkan mencakup udara, tanah, cahaya matahari, iklim, flora dan fauna. Lingkungan binaan mencakup perkotaan, prasarana, ruang terbuka dan unsur  bentang kota. Lingkungan budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan, moral, seni, hukum, dan sejarah masyarakat. Lingkungan budaya juga dapat ditinjau dari dua tingkat yang berbeda, yaitu budaya tingkat “tinggi” seperti teater, gamelan, tarian istana dan sebagai budaya “rakyat” atau  budaya populer yang  dapat mencakup kesenian rakyat serta keenian populer, kontemporer, dan ungkapan budaya bangsa. Tipologi ini akan dimanfaatkan untuk menilai dampak potensial kegiatan pariwisata, meskipun hanya kerangka awal belum berkembang (Green & Hunter 1993).

B.     Pengembangan  Pariwisata Alam yang Berwawasan Lingkungan
Pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam tersebut adalah sesuai dengan amanat GBHN 1993. Pembangunan kepariwisataan pada pembangunan jangka pannjang II sekarag ini akan lebih diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan lapangan kerja serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam Indonesia yang beraneka ragam. Pengembangan wisata alam selain dapat meningkatkan devisa bagi Negara juga memberikan lapangan kerja baru dan memberikan penghasilan tambahan (insentif) bagi masyarakat disekitar lokasi objek wisata tersebut. Pada umumnya golongan masyarakat ini adalah masyarakat yang mempunyai penghasilan rendah karena terbatasnya sarana dan prasarana serta jenis pekerjaan yang dilakukan  (nana supriana 1997)
Kegiatan pariwisata menimbulkan dampak negative, baik terhadap objek wisata alam maupun lingkungan social budaya sekitar. Dampak negative terhadap alam biasanya terjadi karena perencanaan pengelolaan objek wisata alam yang kurang baik, misalnya perencanan yang tidak memperhatikan daya dukung liungkungan dan kurangnya kesadaran serta pendidikan masyarakat dan wisatawan terhadap kelestaraian lingkungan.
Dalam pengembangan pareiwisata alam, factor lingkungan hidup merupakan sumber daya utama yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menarik wisatawan, yang dalam pemanfaatannya dituntut untuk  meningkatkian kesejahteraan masyarakat sekitar objek wisata alam. Dengan demikian, factor lingkungan hidup bagi objek dan daya tarik wisata pada sumber daya alam hutan merupakan salah satu modal utama dalam pengembangan  pariwisata alam. Lebih jauh lagi pariwisata dapat dikatakan bahwa produk pariwisata alam bukanlah hanya dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh industry pariwistaa tetapi juga suatu lingkungan alami yang menyeluruh. Oleh karena itu tidak berlebihan juga kalau dikatakan bahwa pengemnamhan pariwisata alam dikawasan pelestarianalam, kawasan suaka alam dan kawasan hutan lain diharapkan akan mampu menjadi alternative bagi keberhasilan pembangunan nasional (nana supriatna 1997).
Penyelenggaraan pengusahaan pariwiasata alam dilaksanakan dengan memperhatikan:
1.   Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
2.  Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi social budaya
3.  Nilai-nilai agama, adat istiadat seta pandangan dan nilali nilai yang hidup dalam masyarakat
4.    Kelestarian budaya dan mutu lngkngan
5.    Keamanan dan ketertiban masyarakat
Pengaturan pengusahaan pariwisata berdasar kepada pembangunan dan pengemnbangan yang berwawasan lingkungan atau ramah terhadap lingkungan dengan ketentuan bahwa pemanfaatan hanya terbatas pada zona pemanfaatan di dalam taman nasional atau blok pemanfaatan tamana wisata alam dan tahura serta pemanfaatan terbatas pada kawasan konservasi lainnya. Pengembangan wisata  alam sebaiknya perlu mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan alam, binaan dan social baik dari segi potensial yang dap[at dimanfaatkan, maupun dari segi keterbatasan –keterbatasan aspek daya dukung lingkungan alam serta binaan tersebut. Proses ini merupakan suatu usaha dalam merealisasikan konsep pengembangan pariwisata alam yang berwawasan lingkungan  sebagai suatu bahan pemikiran dalam menyerasikan pembangunan pariwisata dengan konservasi sumber daya alam yang akan semakin kompleks dimasa yang akandatang.
C.     Kebijakan dan Strategi
Pengembangan pariwisata alam merupakan bagian dari pemanfaatan jasa pengembangan sumber daya  alam dan pembangunan nasional pada umumnya. Oleh karena itu, penyelenggaraannya harus mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian dalam arti luas merangsang pembangunan disektor-seor lainnya. Disamping itu, pengembangan pariwisata alam harus mampu menciptakan landasan kerja yang kokoh, pengerahan  yang tepat menuju sasaran  dan mengembangkan kesempatan secara merata bagi kepentingan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan, mendapat kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, serta menunjang meningkatnya pendapatan devisa Negara.
Dalam menghadapi perkembangan pada era pembangunan jangka panjang kedua yang dicirikan oleh keadaan, tingkat pendapatan masyarakat yang lebih baik, berkembangnya struktur perekonomian didaerah-daerah perkotaan dan semakin terbatasmnya lahan terbuka alami serta kepadatan penduduk yang tinggi, menyebabkan permintaan akan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh ekosistem hutan, khususnya jasa rekreasi yang menjadi kenyamanan, kebugraan dan kesehatan, akan semakin meningkat.
Peningkatan upaya pelestarian objek dan daya tark wisata alam berupa kawasan hutan beserta kekayaan hayati dan keindahan alamnya dan pemanfaatan yang optimal bagi kepentingan berbagai pihak dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat serta diprlukan suatu strategi dan program peengembangan  objek dan daya tarik wisata alam.
Berkembangnya objek wisata alam dikelola dengan baik akan mampu meningkatkan kontribusi pembangunan sub sector hutan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan secara multi guna  berdasarkan prinsip  kelestarian, bagi kesejahteraan masyarakat material dan spirual melalui penyediaan jasa rekreasi dan pengusahaan objek daya tarik wisata alam.
1.      Kawasan Pelestarian Alam sebagai Objek Daya Tarik Wisata Alam
Kawasan pelestarian alam adalaah kawasan dengan cirri khusus tertentu baik didarat maupun dioerairan yang mempunyai fungsi perlindungan system penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Potensi yang dimiliki kawasan hutan;
a.       Keanekaragamn jenis flora
b.      Keanekaragaman jenis fauna
c.       Keanekaragaman jenis biota laut
d.      Keindahan bentang alam, gejala dan fenomena alam
e.       Peninggalan sejarah dan peninggalan sejarah
2.      Strategi Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam
Pengembangan potensi objek daya tarik wisata alam dikawasan hutan untuk menunjang tujuan pembangunan nasional khusus pengembangan  pariwisata lam melalui peningkatan pendapatan devisa sebagai bagai bagaian kontribusi pembangunan mencakup aspek aspek
a.       Aspek perencanaan pembangunan
b.      Aspek kelembagaan
c.       Aspek sarana prasaran, infrastruktur
d.      Aspek pengusaha pariwisata alam
e.       Aspek promosi dan pemasaran
f.       Aspek pengelolaan kawasan
g.      Aspek sosial budaya dan social ekonomi
h.      Aspek penelitian pengembangan
i.        Aspek pendaan
3.      Program Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Alam di Kawasan Hutan
Untuk mewudkan pembangunan kehutanan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan objek daya tarik wisata alam dikawasan hutan, kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan melipui kegiatan kegiatan:
a.       Inventarisasi potensi, pengembangan dan pemanfaatan objek dan daya tarik wisata alam (ODTWA)
b.      Evaluasi dan penyempurnaan kelembagaan pengelolaan ODTWA
c.       Pengembangan dan pemanfaatan system pengelolaan ODTWA
d.      Pengembangan sitem perencanaan ODTWA
e.       Penelitian dan pengembangan manfaat ODTWA
f.       Pengembangan sraana dan prasaraana dan infrastruktur ODTWA
g.      Perencanaan dan penataan ODTWA
h.      Pengembangan pengusahaan pariwisata alam
i.        Pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan latihan bagi pengelolaan dan kepariwisataan

D.    Peluang Ekonomi dalam Pengembangna Pariwisata Alam
Pengembangan industry pariwisata telah dimulai sejak terbitnya keputusan presiden no 15 tahun 1983 tentang kebijaksanaan pervisaan, keijakan peningkatan ketrampilan dam pelayanan wisata. Kebijaksanaan ini diikuti oleh paket kebijaksanaan lainnya baik langsung maupun tidak langsung memberikan dampak terhadap terhadap usaha pengembangan industry pariwisata dari segi ekonomi, pariwisata alam menciptakan lapangan pekerjaan di daerah-daerah terpencil.
Dibandingkan dengan pariwisata tradisional , pariwisata alam relative membutuhkan investasi yanglebih besar untuk pembangunan sarana dan prasarana oleh sector pemerintah. Untuk itu diperlukan suatu evaluasi yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam. Banyak pendapat bahwa pariwisata alam dalam bentuk ektorisme belum berhasil sebagai alat dalam upaya konservasi maupun dalam mengembangkan perekonomian.
a.       Pendapatan dan Permintaan
Pengelolaan kawasan wisata alam banyak menggunakan pendapatan dari pariwisata sebagai emekanisme pengembanlian biaya pengelolaan pengunjung dan pelestarian alam atau program pengembangan masyarakat , namun secara umum pendapatan hasil kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal.
Kajian tentang tingkat pemulihan biaya perlu dipertimbangkan untuk mengetahui biaya yng dapat menutupi biaya investasi pengembangan pariwisata alam, pengeluaran investasi pembangunan pariwisata alam dan operasionalnya  dan juga harus menutupi biaya tidak langsung akibat dampak negative kegiatan terhadap masyarakat (social cost), yang mana biaya tersebut sulit dikuantitas.
b.      Kesempatan Kerja dan Usaha Bagi Masyarakat
Dengan terbukanya berbagai kesempatan usaha tersebut diharapka terjadinya interaksi posiif antara masyarakat dan objek wisata alam, selanjutnya akan menimbulkan rasa ikut memiliki dan pada gilirannya akan terwujud dalam bentuk pertisipasi langsung maupun tak langsung dalam kegiatan pariwisata misalnya pengamanan kawasan, ketertiban dan kebersihan kawasan, penyediaan sarana termasuk kebuthan akomodasi (homestay).
c.       Pengusaha Pariwisata Alam
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatan devisa Negara, peluang pengembangan pariwisata alam masih diperlukan peningkatan pelayanan dan diverifikasi usaha yang menghasilakan nilai tambah baik dari segi mutu penikmat objek maupun pelayanan, sehingga dapat memenuhi permintaan jasa wisata alam baik dari dalam negeri maupun luar negri.
d.      Penerimaan Negara
Kegiatan pariwisata alam secara rospektif cukup potensial memberikan andil dalam penerimaan Negara bai langsung maupun tak langsung melalui pengeluaran wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
E.     Kesimpulan
Pengembangan pariwisata seharusnya selain berpihak kepada wisatawan tetapi juga berpihak kepada masyarakat tuan rumah. Hubungan antara wisatawan dengan masyarakat tuan rumah juga tidak hanya enuntut kesadarwisatawan tetapi juga merupakan kode etik wisatawan. Untuk mencapai sasaran yang tinggi hendaknya tiedak menghalalkan segala cara dan mengeksploitasi sumber daya wisata. Masyarakat tuan rumah menjadi sangat terancam karena kepemilikan lahan telah berpindah tahanan dan kepemilikan lahan tersebut merupakan acard yaitu modal dan kekuasaan.
Hendaknya pihak-pihak yang berpeluang dan berkepentingan menyadari bahwa tidak semua masyarakat tertarik dan berminat untuk mengembangkan pariwisata. Sikap dan keterlibatan masyarakat merupakan kunci keberhasilan perkembangan pariwisata. Seharusnya pengikutsertaan masyarakat dalam pengembangannya dilakukan sejak dini, karena jika tanpa daya dukung walaupun jumlahna wisatawan yang besar justru akan menimbulkan biaya lingkungan. Kepada pihak yang berkepentingan dan berpeluang seharusnya memperhatikan dampak-dampak positif dan khususnya dampak negative bagi lingkungan disekitar wisata alam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perbedaan Konsumsi Bahan Bakar Pada Mesin Sepeda Motor Antara yang Menggunakan Sistem Pengapian tipe CDI Dengan Platina


Pembakaran dalam ruang bakar motor adalah hal yang sangat menentukan besarnya tenaga yang dihasilkan motor tersebut. Campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar akan dinyalakan oleh nyala api busi yang kemudian menghasilkan tenaga. Pembakaran ini menyebabkan naiknya tekanan di dalam silinder dan memungkinkan terjadinya gerakan torak. Pembakaran dalam ruang bakar motor merupakan reaksi kimia antara unsur yang terkandung di dalam bahan bakar dengan udara atau oksigen, yang diikuti oleh timbulnya panas. Panas yang dilepaskan selama proses pembakaran inilah yang digunakan oleh motor untuk menghasilkan tenaga.

Pembakaran di dalam silinder belum tentu terjadi sempurna, ada 2 macam pembakaran yang mungkin terjadi di dalam silinder, yaitu pembakaran normal (sempurna), pembakaran sendiri (tidak sempurna). Waktu pengapian dan besarnya api pada busi yang membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar motor harus sesuai dengan spesifikasi mesin. Apabila kurang tepat dapat menyebabkan campuran bahan bakar dan udara tidak dapat terbakar dengan sempurna sehingga bahan bakar menjadi lebih boros, berwarna kehitaman dan berbau bensin

Komponen dari sistem pengapian (ignition system) terdiri dari busi, koil, magnet dan pemutus arus (platina dan CDI). Sistem pengapian pada sepeda motor dengan platina masih menggunakan cara konvensional dalam cara kerjanya. Sedangkan system CDI telah menggunakan cara elektrik untuk system pengapiannya.
Setiap sistem pengapian diharapkan mampu menghasilkan api tepat pada saat diperlukan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara, sehingga campuran bahan bakar tersebut dapat terbakar dengan sempurna. Sistem pengapian juga dapat menyesuaikan dengan perubahan beban dan perubahan kecepatan yang terjadi pada kendaraan pada saat mesin bekerja.


Sistem pengapian Platina dalam penentuan timing pengapian menggunakan system mekanis dari sebuah poros cam. Sistem ini memutus arus pengapian dengan cara manual dan pada usia alat tertentu dapat menghasilkan timing pengapian yang kurang tepat dari kebutuhan yang diperlukan oleh mesin. Sehingga system ini dapat menimbulkan suatu pengapian yang tidak sempurna pada ruang bakar, hal ini dapat memicu timbulnya gas keluaran yang berbau bensin disertai warna hitam dan konsumsi bensin menjadi lebih boros.

Sistem  pengapian CDI telah menggunakan sensor untuk menentukan timing pengapian. Sensor ini dipasang pada magnet yang terhubung dengan poros utama mesin (crankshaft). Dengan penggunaan sensor, maka system ini dapat memberikan loncatan bunga api pada busi secara lebih akurat. Sehingga proses kerja pada ruang bakar dapat berlangsung efektif sesuai kebutuhan mesin. Hasilnya bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna, sehingga konsumsi bensin akan lebih irit.

Pada mesin motor zaman sekarang,system pengapiannya telah menggunakan CDI, dengan banyak tipe  yang diproduksi, mulai dari yang standar, limiter, hingga CDI racing yang mampu memberikan performa lebih pada kendaraan. Sistem pengapian Platina masih banyak ditemukan pada motor-motor lama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS